Perkembangan Teater Tradisional
Nusantara di Indonesia
· Nama : Sheyla Ulfah Hansya
Kelas : XI MIA 4
BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
Seni Teater merupakan bentuk pertunjukan drama
atau sandiwara yang menitik beratkan pada pemeranan. Di Indonesia bentuk seni
teater banyak macamnya,disetiap daerah dapat kita jumpai seni teater yang tidak
kalah dengan seni teater luar negeri. Jenis seni pertunjukan ini bersifat
kolektif, kompleks, rumit, dan sangat akrab dengan publiknya,yaitu masyarakat
seni teater,sebagai seni pertunjukan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas,dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan teater tradisional di
Nusantara?
2. Apa saja teater yang
berasal dari Nusantara?
3. Bagaimana perbedaan
teater setiap daerah di Nusantara?
BAB 2
Pembahasan
2.1
Perkembangan Teater di Indonesia
Istilah teater berasal
dari bahasa Yunani kuno theatron artinya gedung atau panggung tempat
pertunjukkan aksian, perbuatan, gerakan, lakuan atau tindakan. Pengertian ini
berlaku pada zaman Tyucidides (1471-295 SM) dan Plato (428-348 SM). Pada perkembangan
lebih lanjut, teater merujuk kepada audotorium tempat publik berkumpul.
Pengertian ini berlaku pada zaman Herodotus (290-424 SM). Hingga ini bekas
reruntuhan gudang teater yang megah pada zaman dahulu kala masih dapat dilihat
sebagai objek wisata di Yunani dan Romawi.
Tradisi teater sudah ada
sejak dulu dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan sudah adanya
teater tradisional di seluruh wilayah tanah air.
Fungsi teater pada saat itu adalah sebagai:
1. Pemanggil kekuatan gaib,
2. Menjemput roh pelindung untuk hadir di tempat pertunjukan,
3. Memanggil roh baik untuk mengusir roh jahat,
4. Peringatan nenek moyang dengan mempertontonkan
kegagahan/kepahlawanan,
5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat
hidup seseorang, dan
6. Pelengkap upacara untukk saat tertentu dalam siklus waktu.
2.1.1
Teater Tradisional
Teater Tradisional adalah bentuk
pertunjukan seni dimana pesertanya berasal dari daerah setempat karena
terkondisi dengan adat istiadat setempat, sosial masyarakat dan struktur
geografis masing-masing daerah.
Kata tradisi berasal dari kata dalam bahasa Inggris "tradition",
yang berarti buah pikiran, kepercayaan, adat-istiadat, atau pandangan hidup
yang diturunkan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tradisional adalah ; bentuk tontonan yang diwariskan oleh nenek moyang secara
turun-temurun kepada generasi berikutnya. Dramawan atau orang-orang yang
bermain drama secara alami berupaya untuk mengaktualisasikan teater tradisional
itu dengan konsep-konsep masa kini atau modern, hal itu dilakukan agar tontonan
yang ditampilkan lebih mudah diterima oleh para penontonnya.
2.1.2 Ciri Khas Teater Nusantara
1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan
peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.
2.
Pementasan di panggung terbuka, lapangan maupun halaman rumah.
Pementasannya sederhana dan apa adanya.
3. Penyajian dengan dialog, tarian,
dan nyanyian Ceritanya berdasarkan dongeng dan sudah turun temurun
4. Unsur lawakan selalu muncul
5. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara
spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa
dan menangis.
6. Pertunjukan
mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional .
8. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai
dan akrab bahkan terlibat dalam pertunjukan dan berdialog langsung dengan
pemain.
9. Mempergunakan bahasa daerah.
10. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena
(dikelilingi penonton)
2.1.3 Contoh
teater tradisional beserta daerah asalnya :
1. Lenong (Teater
tradisional nusantara dari Betawi)
Ada
dua bentuk Lenong :
1.
Denes
Tontonan
Lenong Denes lakonnya tentang raja-raja dan pangeran di suatu kerajaan,
sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada
penerusnya. Cerita-cerita yang dipentaskan pada Lenong Denes antara lain :
Indra Bangsawan, Danur Wulan, Jula-Juli Bintang Tujuh, dan cerita-cerita lain
yang diambil dari Cerita 1001 Malam, misalnya kisah Abunawas. Karena Lenong
denes memainkan cerita kerajaan, maka
-
Busana yang digunakan oleh tokoh-tokoh pemerannya sangat gemerlapan, seperti
peran raja, bangsawan, pangeran, putri, atau hulubalang. Akhirnya kata denes
(dinas) jadi melekat pada cerita dan busana yang dipakai.
- Bahasa yang digunakan dalam pementasan
lenong denes bahasa adalah bahasa Melayu tinggi. Contoh kata-kata Melayu tinggi
yang sering digunakan antara lain : baginda, tuanku, kakanda, adinda, daulat
tuanku, beliau, syahdan, hamba dan lain sebagainya. Dialog dalam lenong denes
sebagian besar dilakukan dengan nyanyian
-Lenong
denes biasanya dimainkan di atas panggung berukuran 5 x 7 meter.
-Penggunaan
dekor atau seben untuk menyatakan susunan adegan-adegan. Misalnya ada dekor
singgasana, taman sari, hutan, dan sebagainya.
-Musik
pengiring teater lenong denes adalah gambang kromong. Dalam adegan perkelahian
alat musik pengiringnya ditambah dengan tambur.
2. Lenong Preman
Pertunjukan lenong Preman
lakonnya tentang rakyat jelata, seperti yang kita kenal sekarang, pada awalnya,
Lenong Preman dimainkan semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan
keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan.
Teater
tradisional Betawi yang lain diantaranya adalah Topeng Betawi, Topeng
Blantek dan Jipeng (Jinong).
- Lenong
menggunakan alat musik Gambang Kromong
- Topeng
Betawi menggunakan alat musik Tabuhan Topeng Akar
- Topeng
Blantek menggunakan alat musik Tabuhan Rebana Biang
- Jipeng atau
Jinong menggunakan alat musik Tanjidor
Bahasa
yang digunakan pada pertunjukan Lenong adalah bahasa Betawi. Berdasarkan
sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.
4.
Longser
(Teater tradisional nusantara di Jawa Barat)
Teater Longser berasal dari daerah
Jawa Barat. Pengertian longser dapat kita lihat dari asal katanya, kata Longser
berasal dari kata "melong" yang memiliki arti melihat dan
"seredet" yang artinya tergugah. Secara umum Longser berarti bahwa
barang siapa yang melihat atau menonton pertunjukan tersebut, maka hatinya akan
tergugah. Sama halnya dengan teater-teater tradisional yang lain, Longser dari
Sunda ini juga bersifat hiburan yang sederhana, jenaka dan menghibur.
Tontonan
Longser dapat diselenggarakan di mana saja, karena tidak memerlukan dekorasi
yang rumit. Penonton bisa menyaksikan Longser dengan posisi duduk melingkar.
Berbicara tentang sejarah longser, puncak
popularitas teater Longser berada pada tahun 1920 – 1960. Tokoh- tokohnya,
antara lain; Ateng Japar, Bang Tawes, Tilil Bang, Bang Soang, dan
lain-lain.
3. Ketoprak (Teater Tradisional di Jawa
Tengah)
Ketoprak adalah teater rakyat yang
paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di
Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah itu ketoprak adalah
kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian
rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.
Kata
‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari
prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak
Kethoprak
juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung
oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling. Ketoprak adalah
salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang
digunakan. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan,
yaitu:
- Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
- Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi)
- Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau
drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon,
dialog, busana rias, atau bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan
oleh rakyat.
Ketoprak
pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909. Awalnya teater ini disebut
ketoprak lesung, tapi setelah musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan
lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan dimasukkan sebagai
unsurnya, maka lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang kita kenal saat ini.
4. Ludruk (Teater tradisional nusantara Jawa Timur)
Ludruk
adalah teater yang bersifat kerakyatan yang berasal dari kota Jombang yang
dikenal dengan kota santri. Ludruk menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran.
Sejalan dengan waktu, Ludruk kemudian menyebar ke daerah-daerah di sebelah
barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa Tengah. Pada teater Ludruk,
semua perwatakan dimainkan oleh pria.
Cerita
yang dilakonkan mumnya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat,
yang dibumbui dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan di dalam
teater Ludruk pengaruhnya sangat besar.
5. Arja (Teater
tradisional nusantara Bali)
Di Bali sangat banyak bentuk teater
tradisional. Salah satu diantaranya adalah Arja. Arja juga merupakan teater
tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Arja menekankan tontonannya pada
tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan oleh laki-laki, tapi
pada perkembangannya lebih banyak dilakukan oleh pemain wanita, karena
penekanannya pada tari. Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh yang bertolak
dari cerita Gambuh. Namun pada perkembangannya dimainkan juga lakon dari
Ramayana dan Mahabharata. Tokoh- tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung
(Inye, Condong) pelayan wanita, Galuh atau Sari, Limbur atau
Prameswari, Raja Putri, mantri dan lain sebagainya.
6. Kemidi
Rudat (Teater tradisional nusantara NTT)
Salah
satu teater tradisional yang terkenal dari Nusa Tenggara Barat adalah Kemidi
Rudat. Tontonan Kemidi Rudat hampir sama dengan tontonan di daerah-daerah lain.
Bentuk tontonan Kemidi Rudat, pengajiannya dalam bentuk drama, yang dikombinasi
dengan tarian dan nyanyian.
Ada
yang mengatakan Rudat asalnya dari kata Rodat, yang artinya baris-berbaris.
Dari tontonan teater tradisional Kemidi Rudat, tampak pengaruh Bangsawan, yang
dilatar-belakangi kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu.
Dengan instrumen musik tambur, rebana, biola dan gamelan. Bahkan
lakon-lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama, sedangkan dialognya
diucapkan dalam bahasa Melayu.
7.
Kondobuleng (Teater tradisional nusantara Makasar)
Kondobuleng
adalah teater tradisional yang berasal dari Makassar (suku Bugis). Kondobuleng
berasal dari kata kondo (bangau) dan buleng (putih). Sehingga kondobuleng
artinya bangau putih. Tontonan Kondobuleng mempunyai makna simbolis. Sama
seperti teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan secara
spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau yang dimainkan
dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik
dari tontonan ini adalah tidak adanya batas antara karakter pemain dengan
properti yang berlangsung pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan
yang sama mereka juga adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi pada
saat yang sama, mereka adalah juga penumpangnya.
8.
Dulmuluk (Teater tradisional nusantara Palembang)
Dulmuluk
dikenal sebagai teater tradisional yang berasal dari Palembang, Sumatera
Selatan. Nama dulmuluk diambil dari nama tokoh utama cerita yang terdapat dalam
Hikayat Abdoel Moeloek. Teater tradisional Dulmuluk juga dikenal dengan
sebutan Teater Indra Bangsawan. Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan sarana
drama, tari, dan nyanyi sebagai bentuk penungkapannya, dan musik merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan, karena pemain-pemainnya juga
menyanyikan dialog-dialognya. Humor dan banyolan sangat dominan dalam
tontonan Lawakan, yang biasa disebut khadam, sering mengangkat dan menertawakan
ironi kehidupan masyarakat sehari-hari saat itu.
Bentuk
pementasan Dulmuluk hampir sama dengan lenong dari masyarakat Betawi di Jakarta.
Akting di atas panggung dibawakan oleh pelakonnya secara spontan dan menghibur.Pertunjukan
Dulmuluk mulai dikenal sejak awal abad ke-20. Sejak masa penjajahan
Jepang tahun 1942, seni rakyat Dulmuluk berkembang menjadi teater
tradisional yang dipentaskan dengan panggung. Saat itu kelompok teater Dulmuluk
bermunculan karena digemari oleh masyarakat.
9.
Randai (Teater tradisional nusantara Minangkabau)
Teater
Tradisional Randai berasal dari aerah Minangkabau, Sumatera Barat. Teater Randi
bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba (yang artinya “cerita”). Kaba yang
berbentuk gurindam dan pantun didendangkan dengan
iringan rabab, saluang, bansi dan rebana. Tontonan berlangsung dalam
pola melingkar berdasarkan gerak-gerak tari yang bertolak darigerakan silat.
Gerak-gerak silat ini disebut gelombang. Cerita-cerita yang digarap menjadi
tontonan adalah cerita-cerita lisan berupa legenda dan dongeng yang populer di
tengah masyarakat.
Randai
adalah tontonan yang menggabungkan musik, nyanyian tari, drama dan seni
bela-diri silat. Secara Umum Randai dipertontonkan dalam rangka upacara adat
atau festival.
10.Makyong (Teater
tradisional nusantara Riau)
Teater
tradisional makyong berasal dari pulau Mantang di daerah Riau. Pada mulanya
tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian
dimainkan cerita-cerita tentang legenda-legenda kerajaan dan rakyat.
Makyong digemari oleh para bangsawan dan para sultan, sehingga sering
dipertontonkan di istana-istana. Tontonan Makyong dimulai dengan upacara yang
dipimpin oleh seorang panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam
persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi
tontonan Maknyong.
Tidak
seperti tontonan teater tradisional yang lain, yang pada umumnya dimainkan oleh
laki-laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau
pemain laki-laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain
wanitanya tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra
lisan berupa dongeng dan legenda yang populer di masyarakat.
11.Mamanda (Teater
tradisional nusantara Banjarmasin)
Teater Tradisional Mamanda adalah
teater yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tahun 1897, syahdan
datanglah rombongan Bangsawan Malaka ke Banjar Masin, yang ceritanya bersumber
dari syair Abdoel Moeloek. Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang,
topeng, Rudat, joget, Hadrah dan Japin, tapi rombongan Bangsawan ini
mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Dalam perkembangannya, nama
Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan berkembang lagi menjadi Bamanda atau
mamanda. Mamanda berarti “Paman yang terhormat”. Struktur dan perwatakan pada
Mamanda sampai sekarang tidak berubah. kecuali tata busana, tata musik dan ekspresi
artistiknya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Istilah teater ini
berasal dari Yunani kuno theatron artinya gedung atau panggung tempat
pertunjukkan aksian, perbuatan, gerakan, lakuan atau tindakkan. teater dalam
arti luas merujuk kepada segala macam jenis tontonan yang dipertunjukkan di
depan khalayak ramai. Teater tradisional adalah bentuk pertunjukan seni
dimana pesertanya berasal dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat
istiadat setempat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing
daerah. Termasuk dalam lingkup pengertian ini antara lain
pertunjukkan japin cerita,konser musik, kuda gipang, longser, lenong, ludruk
dan lain-lain.